Selasa, 24 Agustus 2010

PEMANFAATAN RUMPUT LAUT SEBAGAI PRODUK OLAHAN NATA

Nata agar adalah produk yang dibuat dari rumput laut Euchema sp Rumput laut sebenarnya adalah rumput laut penghasil karagenan yang mempunyai fungsi sebagai bahan baku industri farmasi, tekstil, cat dan lain-lain. Selain diolah menjadi karaginan, rumput laut jenis Euchema biasanya diolah menjadi berbagai produk pangan seperti cendol, sirup, dodol, manisan, pudding. Modifikasi produk yang dapat menyajikan bentuk yang lain dari bahan bakunya adalah nata.
Nata de coco merupakan jenis makanan yang sudah sangat populer di masyarakat, yang awalnya menggunakan bahanbaku air kelapa. Dalam perkembangannya telah dibuat nata dengan sumber media tidak hanya dari air kelapa, tetapi juga dari air aneka ekstrak buah-buahan. Rumput laut jenis E.cottonii merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai media bagi pertumbuhan bakteri pembentuk nata (Acetobacter xylinum). Dengan bantuan bakteri tersebut maka komponen gula yang terdapat di dalamnya diubah menjadi substansi yang menyerupai gel dan terbentuk di permukaan media. Sifat khas bakteri tersebut yaitu memiliki kemampuan untuk mempolimerisasi glukosa hingga menjadi selulosa. Selanjutnya selulosa tersebut membentuk matriks yang dikenal sebagai nata. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisiologi pada pembentukan nata yaitu ketersediaan nutrisi, derajat keasaman, temperatur dan ketersediaan oksigen.
Seperti halnya industri nata de coco, maka industri nata rumput laut ini dapat diterapkan juga pada skala kecil, karena peralatan, proses dan teknologi yang cukup sederhana sehingga terjangkau. Selain itu nata agar mempunyai kandungan nutrisi yang lebih baik dari pada nata de coco seperti kandungan protein dan lemak. Sedangkan lemaknya terdiri dari lemak tak jenuh yang baik untuk kesehatan.
Sebagai sumber serat makanan, nata agar mempunyai kadar total serat makanan yang cukup tinggi. Menurut FDA tahun 2005, produk pangan dikatakan sebagai sumber serat jika mengandung serat makanan 2 gr persaji (100 gr nata/cup). Oleh karena itu nata agar tersebut memenuhi standar sebagai pangan sumber serat dengan kadar 4,5 gr persaji. Kandungan nutrisi nata agar dan nata de coco komersial dari hasil analisis laboratorium BPPMHP dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrisi nata agar dan nata de coco
No Kandungan Nutrisi Nata Agar (Jumlah) Nata De coco (Jumlah)
1. Kadar air (%) 86,7 83,56
2. Kadar abu (%) 0,13 0,25
3. Kadar protein (%) 0,57 0,30
4. Kadar Lemak (%) 0,23 0,19
5. Total serat makanan (%) 4,5 5,2
- serat makanan tak larut 1,93 2,57
- serat makanan larut 1,69 3,61
6. Elastisitas (mm) 3,36 1,76
7. Kekerasan (gr) 355,11 3624,18
8. Chewiness (gr) 540,64 792,43

Cara pengolahan
a)Ekstraksi rumput laut
Rumput laut dipotong-potong kecil dan direbus dalam air selama 1 jam, lalu dilakukan penyaringan, sehingga dihasilkan filtrat.
b)Pengaturan kondisi
Terhadap filtrat diatur kondisi keasamannya (3 – 4) menggunakan asam cuka. Juga ditambahkan gula dan ammonium sulfat.
c)Fermentasi
Filtrat segera dimasukkan ke dalam wadah plastik atau botol bermulut lebar, dan diinokulasi dengan bakteri A.xylinum. Fermentasi dilakukan selama 2 – 3 minggu.
d)Pemanenan dan pengemasan
Nata yang sudah terbentuk diangkat, dicuci bersih, direbus untuk menghilangkan asam. Selanjutnya dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam larutan gula dan dikemas.

ANALISA USAHA
Analisa usaha nata dihitung untuk skala produksi 140 kg/bulan atau 30 box karton dengan kemasan cup plastik. Dari analisa usaha tersebut sangat jelas tingginya nilai tambah yang didapatkan dengan mengolah menjadi nata rumput laut. Untuk setiap cup biaya produksi sebesar Rp 631,99 dan dijual dengan harga Rp 1.500,-/cup.

Dengan melihat potensi rumput laut khususnya E.cotonii dan cara pengolahan nata yang cukup sederhana. Olahan nata dapat dipromosikan sebagai usaha diversifikasi nata dari hasil laut yang mempunyai berbagai keunggulan dibandingkan sumber bahan pertanian lainnya.

Senin, 23 Agustus 2010

MENGENAL IKAN GLODOK (MUDSKIPPER) DAN PEMANFAATANNYA


MENGENAL IKAN GLODOK (MUDSKIPPER) DAN PEMANFAATANNYA


Ikan Glodok adalah ikan yang aneh, bisa hidup di air dan dilumpur. Orang jakarta bilang namanya Ikan boso atau ikan jorok. Namun sangat di cari di Jepang untuk dimakan, karena sangat baik untuk kesehatan terutama janin ibu hamil dan peningkat tenaga lelaki
Gelodok, belodok, belodog atau blodog adalah sekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan bakau ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak (bahasa Melayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut mudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu.

Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm.
Keahlian yang dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan ‘berjalan’ di atas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.
Daya bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmus koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan.
Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi dilubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan.
Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkimpoian, telur-telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket dan melekat pada dinding lumpur. Gelodok Periophthalmodon schlosseri dapat bertelur hingga 70.000 butir.
Dari hasil penelitian Budiyanto pada tahun 1983, didalam lambung (ventriculus) ikan glodok di Sagara anakan, terdapat semut, lalat, ketam (Uca spp.), udang, ikan, kerang cumi-cumi dan sedikit algae. Sehingga disimpulkan ikan glodok banyak memangsa hewan dan juga diduga sedikit memakan tumbuhan. Ketika menjelajah daratan, gelodok juga sering menyerang dan mengusir gelodok yang lainnya, untuk mempertahankan teritorinya.
Penyebaran dan Pemanfaatannya
Ikan gelodok hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik Benua Afrika. Ikan ini termasuk ikan yang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidup dalam kondisi yang “memprihatinkan” sekalipun.
Di Indonesia, ikan glodok ditemukan oleh Harden Berg pada tahun 1935 di Sumatera dan Kalimantan deari jenis Periophtalmus sp dan sekarang telah tersebar luas di sepanjang pantai utara jawa, segara anakan cilacap dan nusakambangan, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku.
Saat ini telah teridentifikasi sebanyak 35 spesies ikan gelodok. Terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus dan Periophthalmodon. Beberapa spesies contohnya adalah Pseudapocryptes elongatus, Periophthalmus gracilis, Periophthalmus novemradiatus, Periophthalmus barbarus, Periophthalmus argentilineatus dan Periophthalmodon schlosseri.
Cara penangkapan yaitu menggunakan ketapel atau dengan memasang jaring yang ditebarkan diatas lobang-lobang persembunyian ikan glodok. Pemasangan dilakukan pada saat pasang dan ketika saat surut, ikan-ikan tersebut akan keluar dari lobang untuk mencari makan. Dengan adanya jaring yang ditebar diatas lobang-lobang persembunyian maka ikan glodok akan terjerat disela-sela jaring.
Nilai ekonomi dari ikan ini di Indonesia belum optimal. Namun didaerah seperti Kerawang dan Cilacap ikan ini sudah diperjual belikan dengan harga Rp. 3.000/kg dengan pemanfaatan sebagai ikan kering dan ikan asap. Namun di Tiongkok dan Jepang, ikan gelodok menjadi santapan, selain juga digunakan sebagai obat tradisional, terutama sebagai peningkat tenaga lelaki dan juga untuk kesehatan terutama janin ibu hamil.
Dari hasil analisa BBPMP pada tahun 1990, ikan golodok segar dari jenis Periophthalmodon schlosseri mempunyai komposisi yaitu 7,91 % protein, 0,46 % lemak, 3,82 % abu dan 72,80 % air. Sedangkan bila sudah dipanggang ikan glodok ini mempunyai kandungan 24,31 % protein, 0,85 % lemak, 5,17 % abu dan 43,73 % air.
Dengan melihat potensi ikan glodok yang besar dan peluang pasarnya yang menarik, maka ikan ini perlu dimanfaatkan secara optimal.