Selasa, 19 Juli 2016

PELUANG USAHA PENGOLAHAN KOLAGEN IKAN DI INDONESIA



Sejak beberapa tahun lalu, kemajuan teknologi dan globalisasi telah mengubah gaya hidup masyarakat. Gaya hidup modern menjadi hal sederhana yang dilakukan masyarakat perkotaan. Seperti yang diterangkan dalam teori Maslow, aktualisasi diri merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Aktualisasi diri merupakan tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang dapat dicapai apabila semua kebutuhan dasar telah terpenuhi. Termasuk dari aktualisasi diri ini, masyarakat menjadi lebih sadar akan penampilan fisik mereka.

Penampilan fisik terutama wanita adalah kecantikan yang saat ini tidak lagi sebatas kebutuhan sekunder, namun telah menjadi sebuah kebutuhan primer. Pengaruh lingkungan sekitar mendorong tingginya keinginan wanita untuk selalu tampil cantik, baik melalui make up dekoratif untuk mempercantik penampilan, maupun produk perawatan kulit untuk memelihara kecantikan dan kesehatan kulit. Keinginan tersebut, terutama dalam mencegah dan mengurangi tanda-tanda penuaan, menjadikan pertumbuhan penjualan anti-aging menjadi yang terbesar diantara produk perawatan kulit lainnya. Di antara banyaknya produk anti-aging yang ada, produk yang terbuat dari bahan dasar kolagen pun mulai berkembang, seperti salah satu jenis minuman yang diproduksi Kalbe Farma.

Produk-produk dengan sertifikasi halal pun menjadi lebih marak di pasaran dan menjadi salah satu persyaratan wajib agar masyarakat muslim percaya akan kehalalan produk tersebut. Klaim anti-aging terus menjadi salah satu tren dalam industri kosmetik. Berdasarkan riset pasar yang dilakukan Mintel, anti-aging merupakan klaim terpopuler nomor empat di dunia. Pasar anti-aging di Asia Pasifik sendiri diperkirakan dapat mencapai $ 16.444 milyar pada tahun 2015, dengan pertumbuhan hingga 21,21% seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Hal ini menjadikan kosmetik berbahan dasar kolagen ladang baru bagi industri kosmetik. Saat ini, sudah banyak pemain besar di dunia dalam industri kosmetik yang memproduksi seri khusus kosmetik berbahan dasar kolagen, seperti Etude House dari Korea Selatan.

Tabel 1.  Market growth global anti-aging
Market
2009
2011
2013
2015
United States: $ Billions
34,848.88
42,207.74
50,626.82
58,734.66
United States: % Growth
19.17%
21.12%
19.95%
16.01%
Europe: $ Billions
31,707.54
37,932.44
44,761.99
52,308.57
Europe: % Growth
18.94%
19.63%
18.00%
16.86%
Japan: $ Billions
11,389.28
13,555.79
15,965.13
18,556.37
Japan: % Growth
19.30%
19.02%
17.77%
16.23%
Asia-Pacific: $ Billions
9,322.09
11,221.25
13,566.91
16,444.23
Asia-Pacific: % Growth
19.72%
20.37%
20.90%
21.21%
Sumber: BCC Research (2008)

Kolagen produk subtitusi  
Kolagen adalah salah satu jenis protein yang dapat ditemukan dalam tubuh manusia. Sekitar 25-30% dari seluruh protein yang ada di dalam tubuh merupakan kolagen yang dapat ditemukan pada berbagai jaringan ikat seperti tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit.

Kolagen memiliki banyak fungsi dalam tubuh, salah satunya adalah untuk menjaga kelembaban, kesehatan, serta kekencangan kulit. Namun, seiring dengan meningkatnya usia, suplai kolagen dalam tubuh terus berkurang. Untuk mengatasi masalah tersebut, muncullah produk-produk kolagen dalam bentuk obat, makanan dan minuman, maupun bahan campuran dalam kosmetik anti-aging yang berfungsi untuk menjaga tekstur kulit. Kolagen yang banyak tersedia saat ini umumnya diproduksi dari tulang dan kulit sapi atau babi. Terdapat suatu sumber alternatif untuk memproduksi kolagen, yaitu dari kulit atau sisik ikan dan teripang.

Kolagen yang berbahan dasar kulit ikan memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan kolagen yang berbahan dasar tulang dan kulit sapi atau babi. Kolagen yang diisolasi dari sapi atau babi tidak dapat diserap oleh kulit secara sempurna karena struktur molekul nya yang lebih lebar dibandingkan molekul kulit. Melalui penelitian, ditemukan bahwa kolagen yang diisolasi dari ikan memiliki struktur molekul yang lebih kecil (menyerupai bintik-bintik kecil) sehingga dapat diserap oleh kulit secara lebih baik. Selain itu, struktur kolagen yang diisolasi dari ikan mirip dengan struktur kolagen manusia. Lebih lanjut, kolagen yang diisolasi dari ikan mampu berfungsi sebagai substrat pada kultur in vitro yang lebih baik (kemampuan membelah diri yang lebih baik) dibandingkan kolagen yang diisolasi dari sapi atau babi sehingga memiliki manfaat yang lebih baik.

Efektivitas dari suatu bahan anti-aging diukur berdasarkan seberapa cepat bahan tersebut diserap dalam tubuh (bioavailabilitas). Bioavailabilitas seringkali dikaitkan dengan ukuran molekul, dimana ukuran molekul rendah berarti bioavailabilitas tinggi. Maka dari itu, ukuran molekul suatu bahan anti-aging menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas bahan tersebut. Dari tabel 2. dapat dilihat bahwa kolagen yang berbahan dasar ikan memiliki ukuran molekul yang jauh lebih rendah (bioavailabilitas tinggi) dan harga yang relatif murah dibandingkan dengan jenis anti-aging yang umum digunakan lainnya.

Tabel 2. Jenis anti-aging yang digunakan dalam kosmetik
Jenis Anti-aging
Availabilitas Bahan Baku
Ukuran Molekul
Harga
Kolagen dari babi atau sapi
Melimpah
400.000 Da
US$ 14 - 26/kg
Kolagen dari ikan
Melimpah
500 - 3.000 Da
US$ 19 - 70/kg
Asam hialuronat
-     Berat molekul kecil
-     Berat molekul besar

Langka
Langka

5.000 - 20.000 Da
>500.000 Da

US$ 100 - 400/kg
US$ 400 - 2.000/kg
Plasenta
Langka
6.000 Da
US$ 400 - 600/kg
Caviar
Langka
-
US$ 3.000 -11.000/kg

Dari penelitian dalam 500 Dalton Rule yang banyak diadopsi oleh ahli kosmetik dan dermatologis, dimana suatu senyawa harus berukuran di bawah 500 Dalton untuk dapat diabsorbsi ke dalam kulit sehingga dapat memunculkan efeknya. Lebih dari 500 Dalton, semua klaim yang disebutkan tidak berguna karena senyawa tersebut tidak akan melewati jaringan corneal pada kulit.

Teknologi
Tahap proses produksi yang critical untuk menghasilkan produk dengan kualitas tinggi (ukuran molekul yang kecil) serta membutuhkan teknologi mesin yang canggih adalah proses defatting, pereaksian dengan enzim, dan spray-drying.

Proses defatting dilakukan untuk menghilangkan lemak yang terdapat pada kulit ikan karena lemak dapat mengganggu proses ekstraksi kolagen. Proses pereaksian dengan enzim dilakukan untuk memecah senyawa molekul kolagen menjadi senyawa berukuran kecil, sehingga bioavailabilitas kolagen terhadap kulit manusia semakin baik. Selain itu, ada pula proses pencampuran dengan karbon aktif yang memiliki fungsi decolorizing dan deodorizing. Tahap ini penting agar ketika kolagen dicampurkan ke dalam bahan kosmetik lainnya, tidak memberikan efek bau amis atau berubah warna.

Sebelum memasuki tahap spray-drying, suspensi kolagen disaring dengan menggunakan mesin filter pressure untuk memastikan hanya kolagen dengan ukuran molekul kecil yang akan diproses selanjutnya. Lalu, spray-drying dilakukan untuk mengubah kolagen cair ke dalam bentuk bubuk untuk kemudian dikemas dalam plastik dan drum kardus. Proses spray-drying ini juga membantu pengecilan ukuran molekul dari bubuk kolagen yang dihasilkan sehingga didapatkan bubuk kolagen dengan bioavailabilitas tinggi.

Peluang usaha
Produk kolagen murni yang bersumber dari perikanan saat ini masih dalam skala kecil yang diproduksi di Indonesia, namun telah banyak diproduksi di luar negeri. Kolagen ikan di pasar Indonesia akan dikenal sebagai kolagen halal yang aman digunakan oleh semua kalangan.

Di Indonesia, terdapat tiga industri yang memproduksi kolagen ikan dan terdaftar pada Direktorat Pengembangan Produk Non-Konsumsi Ditjen Pengolahan dan Pemasaran KKP (2014), yaitu PT. Noble Biotech Indonesia di Banten yang memproduksi kolagen dari bahan baku sisik ikan,  PT. Sinar Makmur Semarang memproduksi semi kolagen dari bahan baku sisik dan kulit untuk dieskpor ke Jepang dan PT Indonesia Marine Cosmotech  di P. Bintan Kepri yang memproduksi kolagen kasar dari teripang. Sedangkan pemasok kolagen ikan dari luar Indonesia terdapat 4 industri dengan bubuk kolagen jepang, Korea Tiongkok dan Perancis. Dengan pasar kolagen adalah perusahaan-perusahaan dalam industri kosmetik anti-aging seperti perusahaan kosmetik lokal, perusahaan klinik perawatan kulit, dan perusahaan makelon kosmetik. dimana Penjualan kosmetik anti-aging di Indonesia mencapai Rp 4.438.800.000.000,- pada tahun 2013, dengan peningkatan sebesar 28% dari tahun sebelumnya. Tingginya nilai penjualan kosmetik anti-aging di Indonesia secara tidak langsung akan meningkatkan jumlah permintaan kolagen.

                                 

 Dengan bahan baku dari sisik atau kulit ikan, maka bahan baku dapat diperoleh dari unit pengolahan fillet ikan, dimana kandungan kolagen yang cukup tinggi diperoleh dari kulit atau sisik ikan nila, kakap  dan kulit patin.  Dengan produksi 2014 ikan nila 1.440.000 ton, patin 972.778 ton dan kakap 8.400 ton dan 10 % dari produksi tersebut diolah menjadi fillet maka akan diperoleh sisik nila 1.872 ton, kulit nila 4.464 ton, kulit patin 6.323 ton, kulit kakap 12,6 ton dan sisik kakap 26,94 ton. Dengan sisik dan kulit tersebut diolah menjadi kolagen akan diperoleh kolagen sebesar 1.014,89 ton dengan nilai Rp. 303.750.000,-  

Dengan pemanfaatan sisik dan kulit ikan selama ini diolah sebagai produk makanan atau kerajinan, produk kolagen dapat memberikan nilai tambah yang berlebih dalam pemanfaatan kulit dan sisik ikan  sehingga diharapkan dapat turut mendukung kemajuan industri pengolahan fillet ikan  di Indonesia.